Minggu, 24 April 2011

Cari bekal dunia tapi jangan melupakan bekal akhirat


Cari bekal dunia tapi jangan melupakan bekal akhirat
Ketahuilah bahwa cinta dunia merupakan pangkal setiap kesalahan. Namun, dunia juga merupakan ladang akhirat. Jadi dunia itu pada satu sisi menawarkan kebaikan, dan di sisi yang lain racun yang mematikan. Perumpamaannya adalah seperti seekor ular yang diambil oleh ahli obat, lalu ia keluarkan obat itu dari racunnya. Di bagian lain orang bodoh menangkap ular, akibatnya ia tergigit dan mati.
Ya, makanya bisa dikatakan bahwa harta itu termasuk kebaikan tengah-tengah, karena pada satu sisi ia bermanfaat, namun pada sisi lainnya menimbulkan bahaya. Karena itu, semestinyalah kita harta keduniaan itu secukupnya alias jangan melupakan bekal akhirat sedikitpun. Oleh karena itulah di saat kita disibukkan oleh jungkir baliknya mengejar harta/kesenangan di dunia kita tidak boleh melupakan adanya kematian sebagai pintu menuju alam akhirat yang sewaktu waktu akan menyapa kita.
Sebagaimana kita ketajui bahwa perjalanan manusia telah dimulai sejak Nabi Adam AS, pada tahun yang belum diketahui hitungan pastinya.
Manusia pun melihat anak-anak Adam dari generasi ke generasi telah menyelesaikan perjalanannya ke akhirat melalui dunia ini.
Ada yang membutuhkan waktu 100 tahun, 500 tahun, 1.000 tahun, dan kini rata-rata hanya 60-an tahun. Betapa singkatnya waktu tempuh yang dibutuhkan manusia di dunia ini untuk sampai ke akhirat. Bahkan jika diukur dengan hari-hari di akhirat, dimana sehari di sana sama dengan seribu hari di sini, berarti tidak ada satu pun umur manusia di bumi ini yang melebihi sehari di akhirat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa perjalanan di dunia ini ibarat orang menyeberang jalan saja. Sungguh sangat sebentar. Tapi, justru yang sebentar ini banyak membuat orang lupa. Ia mengira dunia ini tempat tujuannya. Padahal dunia adalah mazra’atul akhirah (tempat menanam untuk akhirat). Di sinilah manusia menanam, tapi di akhiratlah ia akan memanen.
Tak satu pun manusia akan lepas dari kematian, karena kematian adalah salah satu ‘terminal’ di tengah perjalanan yang harus dilewati manusia, bahkan menjadi tempat berhenti sejenak. Bagaikan orang bernaung di bawah rindangnya pohon di tengah perjalanan untuk melepas lelah, lalu melanjutkan perjalanannya kembali sampai ke tujuannya, yakni ’ibu kandungnya’. Sebagaimana dituturkan dalam Alquran, ”Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka hawiyah. Dan tahukah kamu, apakah neraka hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas,” (QS Al Qaari’ah: 8-11).
Setiap perjalanan pasti membutuhkan perbekalan. Apalagi perjalanan yang sangat jauh, tentunya bekalnya pun harus cukup supaya selamat sampai tujuan. Bedanya, perjalanan ke akhirat bekalnya tidak berbentuk materi, melainkan amal perbuatan. Setiap orang mempunyai catatan amalnya masing-masing yang dibukukan dalam sebuah kitab. Allah SWT berfirman, ”Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya,” (QS Al Mukminuun: 62).
Bagi orang-orang yang timbangan kebaikannya ringan, artinya perbuatan dosanya lebih besar, maka tempat kembalinya adalah hawiyah. Sedangkan orang-orang yang timbangan kebaikannya berat, ”Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan,” (QS Al Qaari’ah: 7).
Siapakah mereka itu? Bagi seorang muslim, dunia bukanlah tujuan. Dunia adalah ibu tiri. Dunia bukanlah ibu yang melahirkannya. Seluruh muslim adalah anak-anak akhirat.
Akhirat adalah ”ibu kandung” seluruh umat Islam. Akhirat adalah ”ibu” yang sebenarnya. Tempat mencurahkan cinta dan harapan. Di sanalah manusia menuju dan tempat berakhir. Di sanalah peluk cium yang didambakan selama ini. Dunia adalah tempat muslim ditempa, dididik, dan diuji. Siapa yang lulus dalam ujian itu, merekalah yang berhak diterima di pangkuan ”ibu” di surga. Tapi, siapa pun mereka yang gagal, tempatnya adalah di hawiyah, yakni api neraka yang bergejolak. 
Oleh karena itulah, adalah suatu pilihan yang bijak jika kita tetap selalu ingat betapa pentingnya mempersiapkan  bekal akhirat di tengah tengah kita disibukkan mengejar dan mencari bekal dunia.
Semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar